Sabtu, 26 Januari 2008
TELAH KUTANDAI KELAHIRAN KITA
: buat iyut fitra tibatiba malam menyungkupku dengan riak dingin katakatamu tak kumengerti. di antara pisaupisau kertas menyiletku pada setiap subuh, lagi dan lagi aku membalas sengkarut keasinganmu di bulan kedua seusai helat yang tak pernah kudatangi bersama karena kelaminku patah, aku tak berkata apaapa selain tekateki kau (dan aku) buat di persimpangan waktu pada cagak sulursulur nafas berbata. "bukankah nama-nama terkadang hanya mengganggu ketulusan saja?" sungguh, jika kau tahu, telah kujawab tekateki paling misteri sekali pun karena aku lahir dari rahasia paling nyata di rembang siang. dan perempuan kupukupumu kupahat jadi luruh karena pertemuan tubuh bukan milik katakata. maka kujelajahi padang pengembaraanmu lewat udara, kaba bujang tua, sajak negeri kekasih, dan lelaki kupu yang kuajak pulang ke ranjang paling dalam setiap malam. "hingga saat musim kepergian tiba, kita kan selalu menoleh pada kesenangan. dan pada saatnya, kita kan kembali menjemput jejak-jejak itu." aku membacamu pada orasi jumat asing saat pintu milik ibu paling tabu menganga dan aku menyelam ke kedalamannya, dan itu enam belas tahun yang lalu sebelum perjumpaan kita kini, "semoga menemu sesuatu. atau tak sama sekali." tidakkah kau menghitung tanggal pada almanak? sungguh angkaangka milik masa selisih usia kelahiran kita dan siapa pun tak pernah menduga kau kawan dari rahim yang berbeda. kau mengada air membulir sedangkan aku angin yang memiuh pada badai perang yang menggerumus kubur terakhirmu "sebut sajalah kita dua pengembara yang tengah berjalan dari padang ke padang. mungkin satu saat berpapasan, bersalaman, lalu melambai lagi. bukankah begitu hidup?" ah! bukankah kita layak serupa pengembara yang senang bertegur sapa? malam adalah permainan kita yang paling maha. kalimat sakit bagi alamat luka yang belum selesai kau lukis pada kanvas sajaksajakmu. dahulu, rasianku sempat pulang kampung ke kota kecilmu payakumbuh "tapi sayang hamka sudah tak ada." sajaksajak kian penuh duga dan rahsia. aku tahu, kau ingin aku tak menemumu o, sungguh! maka kurawi bulirbulir debu dalam doa nafas hurufhurufmu hingga jengang kau mengabitku dalam sajak luka atau kunangkunang pada relrel kereta pada pagi sapa bergelimun udara beku di kotaku dan sebelum pertemuan ranap serupa ikanikan yang mengacar perjalanan, kekasih, atau luka maka telah kutandai kelahiran kita dikala hujan melapih kenangan tentang konon, agar jejakjejak dapat kau utaskan di ujung pulau paling igau pada jarak yang sengaja kaubuat untukku (padahal akan kubangun ranah sedarah) kembali pada rahimku paling abadi dari janji ketika aku pulang ke rumah bumi singgah, 2007 ________________________ Label: Fina Sato |
posted by danaupuisi at 00.00
