Jumat, 28 Maret 2008
Setelah Tergadainya Peta Tercinta
Berdekad lamanya - kita meminta dan bertanya dengan susila harga diri tentang sebuah cinta insan mereka taburkan janji bagai beneh-beneh harapan pada bumi kita yang tidak lagi segar subur berbaja kata mereka ¡V nanti itu pasti ¡V mereka mengerti nasib kita kata kita ¡V sabar itu kian jauh meninggalkan kita semua di heret angin tengkujuh ¡V ditimbun dedaun yang luruh namun tiada bezanya dulu dan kini nasib kita tak berubah setelah sekian lama janji memperkosa minda warga kita terasa tergugat perkasa perjuangan kita selama ini kita sua sesekali dengus suara mencemuh ¡V mengeluh pada yang angkuh pabila menatap ¡V meratap ¡V mengharap esok bakal kita tempuh terbetik dihati kecil warga kita yang tak punya jerit hanuman untuk memberagus muncung suara itu dari terus berpuisi janji pabila suara itu berulangkali berkata dengan roh tanpa keikhlasan jika pungguk setia menanti ¡V kenapa kita tak sudi mendengar janji jika hari ini telah tergadainya peta tercinta tak mungkin merubah nasib kita seperti sedia kala jika segelintir kita masih bersikap tak kisah itu semua ini bermakna kita tidak lagi mengangkat kemuliaan diri kita katakanlah wahai orang-orang tercinta dengan penuh waras kita tidak sanggup lagi mendengar janji mengharap budi kerana perjuangan kita tidak mengharap segunung emas kerana kita sedar perjalanan kita orak ini perlu ada destinasi teman ¡V mari kita mengupas kulit diri dan rangka jiwa melihat sejauh manakah kebenaran yang kita minta sebanyak manakah kemahuan yang ada dalam diri kita untuk kita menebus kembali kehidupan yang sempurna Pos Malaysia November 2004 Label: Marjan S |
posted by danaupuisi at 14.40
