Kompas

Jawa Pos

Media Indonesia

Koran Tempo

Republika



Gatra

Femina

Matabaca

Noor

Annida





Jumat, 15 Februari 2008
GEJOLAK LAUT
sepulang zapin menjala senja, ruang langit berubah hening
namun panas darahmu terus memilah puakku?

tinggal saja suka-cita
bagai pertama kau kenal seonggok lupa
kemudian sisa kenangan begitu menyucuk
dendam tiada sudah
orang-orang membangun petak-petak rumah
seruang bangkai buritan
memecah lelah tubuh serentang landai tubir pantai timur

hangat keringat mengantar mimpiku untuk udara laut
tapi, belum juga mereka tersapu ke hulu sungai
barangkali tetua rimba begitu asyik berkecimpung mandi
dan gundik perintang kelam berderai mereka lantakkan

ya, kujeling anyir yang terus saja menguap lewat lingkaran kaca
celetuk doa berlayar menyerbu nganga selat
makna telah ditambatkan pada geliat ombak. tapi kau, nahkoda
pulanglah
belah arus terus saja menguntit risau
pada kedangkalan induk muara
biar saja lapang laut terisi yang berganti lahir
lain ikan tentu lain pula rindunya
begitupun ketololan udang-udang
yang memagut sampah dalam kepala
para hang, sahabatmu
telah pancangkan tiang merdeka di dermaga rawa
telan saja perlahan ngilu yang didera riuh asing peradaban.
angkat sauhmu
lalu, carilah ibu

2007

Label: