Jumat, 15 Februari 2008
GEJOLAK LAUT
sepulang zapin menjala senja, ruang langit berubah hening namun panas darahmu terus memilah puakku? tinggal saja suka-cita bagai pertama kau kenal seonggok lupa kemudian sisa kenangan begitu menyucuk dendam tiada sudah orang-orang membangun petak-petak rumah seruang bangkai buritan memecah lelah tubuh serentang landai tubir pantai timur hangat keringat mengantar mimpiku untuk udara laut tapi, belum juga mereka tersapu ke hulu sungai barangkali tetua rimba begitu asyik berkecimpung mandi dan gundik perintang kelam berderai mereka lantakkan ya, kujeling anyir yang terus saja menguap lewat lingkaran kaca celetuk doa berlayar menyerbu nganga selat makna telah ditambatkan pada geliat ombak. tapi kau, nahkoda pulanglah belah arus terus saja menguntit risau pada kedangkalan induk muara biar saja lapang laut terisi yang berganti lahir lain ikan tentu lain pula rindunya begitupun ketololan udang-udang yang memagut sampah dalam kepala para hang, sahabatmu telah pancangkan tiang merdeka di dermaga rawa telan saja perlahan ngilu yang didera riuh asing peradaban. angkat sauhmu lalu, carilah ibu 2007 Label: Azan |
posted by danaupuisi at 10.48
