Kompas

Jawa Pos

Media Indonesia

Koran Tempo

Republika



Gatra

Femina

Matabaca

Noor

Annida





Jumat, 28 Maret 2008
Apa Kabar, Tuan Penyair ?
Apa kabar, tuan penyair?
Ceritakanlah padaku tentang karyamu yang besar itu?
Tentang kebesaran dan rasa hausmu akan puisi
Tentang rambut ikalmu yang terurai

Apa kabar, tuan penyair?
Masih sudikah kau menyapaku jika kita berpapasan di jalan?
Atau sekedar tersenyum bila berjumpa disebuah diskusi?
Apakah aku terlalu kecil untukmu yang telah besar?

Apa kabar, tuan penyair?
Bukan kah kita masih sama-sama muda
Dan kita berangkat bersama dari kata muda?
Tapi bukan masalah muda atau tua
Kita mungkin harus bicara soal mapan atau tidak
Konsisten atau tidak konsisten?

Apa kabar, tuan penyair?
Aku membaca beberapa sajakmu di media
Fasih kau bicara cinta, bicara tentang sosial, bicara tentang apa saja
Sayang, tuan penyair kau lupa akan etika


Bandung, 26 Maret 2008

Label:

Penjual Mimpi
datang ... datanglah padaku sayang
ada banyak mimpimu disini
ada banyak harapan dalam tidurmu disini
ada banyak temanmu yang sudah bergabung

kesempatan ini berlaku terbatas
jumlah pengikut dibatasi
waktu pendaftaran dibatasi
jangan sampai kamu ketinggalan

cepat ... cepatlah masuk ke barisan
sebelum lonceng kematian berdentang


ruang pencerahan untuk jiwa yang hilang ...

Label:

Hilang Malam
usailah merah
di hujung detik damba
berpaculah dalam gerah kelam
malam aku, aku h i
l
a n
g...




*19.02, Jul 27 '07
~di kaki langit sepi...

Label:

Menuju Dingin
Dalam helaan nafas lebih panjang
kanak kanak berlarian memasuki relung
kesadaran terseok mengeja papan nama
di negeri sekian peri pengais mimpi
kehilangan kepak, sapu terbang melata
menghempaskan sekian perih serbuk mimpi
berhamburan jelata di lantai kereta.

Depok - Bogor, 20 Maret 2008

Label:

Dan malam Tinggal Tanda
dan malam tinggal tanda
mengabadikan persetubuhan kita yang liar sempurna

di sudut remang itu:
sepasang puisi saling mengucap
saling membaca

jogjakarta, 2007

Label:

Mendung Rindu
aku ingin mengintaimu
seusai mendung ini
dari celahan langit biru...

ah, aksara...
betapa romantis ini begitu meruntun... mengalun
a
k n
u i d
r u...








*7.36pm, Jul 20 '07
~sebatas senja...

Label:

Kusediakan Waktu Yang Panjang Untuk Sebuah Kata
kini tahulah aku
tak usahlah membaca dengan tergesa
pena tubuh sungguh
perlu waktu
demi menulis dirinya di atas bumi

sebuah buku
adalah dunia
yang mesti diselami
sampai lubuk tergelap lautnya
daun terimbun dari rimbanya
belahan langit paling terang
dari setiap malam

halaman demi halaman mengisyaratkan
pengembaraan panjang, teramat panjang
paragraf-paragraf memberikan rumah
demi jiwa yang dahaga akan istirah
setiap kalimat adalah urat nadi
dari jantung bumi
setiap saat, bumi menggemakan denyutnya
sampai kata paling rahasia

segalanya tak selesai di sini
jangan percaya pada rumah;
percayailah pengembaraan
yang akan memberikan
pintu-pintu baru
untukmu

siapa yang melukis itu
siapa yang menuliskan kita
hingga terbaca demikian seksama
hingga tak ada lagi warna
tak ada lagi kata
tersisa
di dasar tubuh
di urat ruh?


jogja, desember 2007

Label:

Salamku
: Yang Samar
Berlembar kertas penuh cerita
Daftar panjang katakata

Bergelasgelas endapan kopi
Bias lukisan sepi

Berbotolbotol mabuk
dan bisikbisik rindu

Inilah aku
Si Penipu Ulung


Sby, 240208

Label:

Gemblong
Di jaman yang semakin gemblong
aku tersedak mengeja lumuran
manis kata yang menyelimuti
sekepal kenyal rencana tertumbuk
padat sajian menggoda selera
kunyah di bibir merah basah.

Ah, mana yang harus kulumat?

Gerbong KRL Depok - Jakarta, 19 Maret 2008

Label:

Logika Matematika Cinta
Jika,
1 + 1= 2

Maka,
1 x 1= 2
1 : 1= 2
1 - 1= 2

Sby, 13 Maret '08

Label:

Balada Tukang Ojek
Dasa lebaran berlalu
Di simpang jalan berliku
Tukang ojek punya kuasa
Ini wilayahku, pergi kau dari sisiku
Angkot termangu, saling berbagi waktu

Musim terus berganti, tak mampu dipatri
Membuncah, merimbun memenuhi tujuan
Angkot berpacu laju, dari pagi sampai pagi

Tukang ojek berlari ke tepi, sepi menyendiri

Berdasa lebaran berlalu
Di simpang ruang dan waktu
Sastrawan darat berbangga diri
Didukung segenap kaum pengkritisi
Ini wilayahku, sedikit kau yang bermutu
Orang-orang milis menepi, mengatur strategi
Komunitas berjajar rapi, sesekali bertemu diri

Dasa lebaran yang akan datang
Permadani milis terhampar luas
Dari kamar ke kamar, dari ide ke ide
Sastrawan darat dan kaum pengkritisi
Pasti akan menepi, musim terus berganti
Nasib tukang ojek di simpang jalan berliku
Mestinya, jangan pernah terulang kembali

Ayo mengenal milis teknologi,
meski hanya dengan dua jari


Rumpin, 12 Maret 08

Label:

Pengembara Sesat dan Rumah Tua
aku hidup

pada halaman rumah yang pintunya tertutup
kadang ia setengah membuka
tapi aku selalu ragu jika kau masuk ke dalamnya

padahal sungguh betapa ingin aku menjamu kalian
sedang yang kupunya hanya sedikit kue dan jamuan
betapa tak cukup untuk perut sendiri
“nikmat tak akan habis jika dibagi”
begitu kata seorang sufi

siapa yang sudi membaca buku catatan setengah terbuka
yang tergeletak di meja lapuk itu
aku tak ingin lagi menuliskan sesuatu
dengan airmata kecengengan dan sisa dendam,
nyala dendam yang membuatku selalu padam
patah jadi arang

seperti juga dendam, dusta membuatku ingin berlari jauh
demi mencari jawaban sederhana
tolong, bawalah aku ke jalan yang sebenarnya
sebab gang-gang sempit di depan rumah
tak cukup lagi menampung langkah gelisah

rumah akan membawa kita kemana?
kemana kita akan membawa rumah?
rumah hanya untuk diam
sedang setiap gerak berada di jalan

ah tidak, tanpa rumah yang berdiri dalam ingatan
aku takkan sanggup bertahan di jalanan

tapi, bagaimana kau bisa bertahan di jalan ramai
sedang di gang sempit ini
setiap rambu
tak kau tau

atau ciptakanlah
jalan di dalam rumah
dan sebuah jendela
untuk menekuri orang-orang yang lewat tanpa perlu kau ingat

memang aku selalu berjalan di dua arah
tapi sejak kapan aku terbelah menjadi dua?
yang satu tak henti bersiap di halaman depan
dan satunya lagi tak kunjung bosan bermain di kebun gelap halaman belakang

tapi jalan dalam rumah selalu membuatku tersesat ke tempat sampah
di sudut dapur.
dapur itu, ibu, betapa rentan ia terbakar
sebab aku yang pandir tak pintar menjaga tungku api.

bila suatu saat dapur terbakar
aku akan cepat-cepat berlari ke kamar mandi
dan akan selalu kuingat sebuah pepatah berharga dari masa kanak-kanak:
“hidup adalah petualangan yang panjang”


Jakarta, 11 Maret 2008

Label:

Once Upon A Time
I hate you enough to walk away and never turn back when time
goes by without you along the fading way crystallize the one-path
along my eyes and cheek as you go away..

I hate you enough to see the storm behind you already tear me up
and make me believe that my heart is not always come along
with my mind nor my one-body as you go away..

I hate you enough to wait a day after the day that I blessed for
bringing you back right into my eyes through my one-dimension
with the storm behind you following as you go away..

I..
We..
A lot..
Indeed..
And only..
That much..
Only that much..
Without you inside..
......................
................
.........
...



I hate you enough to understand one-moment that we had
once upon a time..

Label:

Pun, Aku
Pun aku..

Cinta itu benih sebibit, timang ku timang di ladang hati..
Antara terik ingin dan hujan cemburu, dua-musim berganti
Berayun-ayun dalam buaian angin, menuju yang tinggi..
Buah yang akan ku petik, ku nanti..

Pun aku..

Lekat dalam harap, mengundi dadu..
Mengira-ngira nanti guris senyummu..
Bagai kelopak padma mekar di tanganku..

Pun aku..

Padamu meradang..
Cinta..

Label:

Tersesat
Kemana pulang dituju
Jika rumah rumah tak lagi berpintu

Kemana layar bersandar
Jika dermaga sibuk menghitung ombak

Kemana berkeluh luka
Jika nanah mengkristal di lingkar mata

Kemana bermanja sepi
Jika segala ruang sibuk beropini

4 Maret 2008

Label:

Aku Terlupa
Kosong Sekeliling
Hening menyoroti ruang..

Tiada pintu
Tiada bukaan tingkap
Yang boleh dipanjat
Untuk masuk ke situ

Aku lupa
Mencari jalan ke sana
Kerna pikiran ku buntu
Hingga tidak mengenal rupa pintu

Aku terlupa
Meraba tetingkap mu
Kerna telah lama tidak ke situ
Untuk mengapai senyum mu

Aku terlupa
Hingga perlukan
Tangan lain untuk memimpin ..
Mengiringi aku masuk melalui pintu

Aku terlupa
Hinggakan jalan meraba
Asalkan tidak melanggar
Sangka ku selamat sahaja
Namun..
Akhirnya.. Aku terlupa..
Sehingga jauh tersasar pergi
Kemana - mana..

Aku terlupa..
Takkan kau jua terlupa..
Masakan lupa kita di waktu yang sama
Huh..
Mungkin kau suka aku meraba begitu..
:P

Aku hanya terlupa tp
Aku belum nyanyok lagi!

Label:

Anak Senja
Kelakar anak senja dalam danau kelam
matanya menembus cakrawala
Dia berlari seirama angin
terkembang kedua tangannya
laksana anak burung menggapai mega
jangan takut anak senja
karena aku akan memberimu langit yang luas
untuk kau menari,bermain dan bersuka ria
kelak jika kau letih lihatlah kebawah
disana ada setangkai ranting untukmu melepas lelah
melihat dunia nan fana,dilangit yang luas itu
tidak memiliki petunjuk arah
maka kuatkanlah hatimu
wahai anak senja
jika lumpuh terpa dirimu
dan langit tidak lagi bersahaja
maka ingatlah
Bumi adalah tempat istirahat yang tepat bagimu
wahai..anak senja

Bukittinggi,14 Februari 2008

Label:

Memori Berduri
sejarah itu kenangan
sebatas cahya harapan
dibakar api perdebatan

kusut ribut merasai
tajam duri liar sangar
dosa dibalik pahala

diasingkan mimpi
semua jadi bisu
puisi pun membatu

sihir sebaris syair
irama hati terluka
badai salju merayu

musim hujan makian
jiwa telanjang pilu
lusa kau mabuk rindu


amsterdam, 22/02/2008

Label:

Memori Berduri
sejarah itu kenangan
sebatas cahya harapan
dibakar api perdebatan

kusut ribut merasai
tajam duri liar sangar
dosa dibalik pahala

diasingkan mimpi
semua jadi bisu
puisi pun membatu

sihir sebaris syair
irama hati terluka
badai salju merayu

musim hujan makian
jiwa telanjang pilu
lusa kau mabuk rindu


amsterdam, 22/02/2008

Label:

Rayuanku
Ini hari kasih sayang, Sayang..
Kenapa ada mendung bergayut di dua gemawan yang selalu
merajukku lembut saat cemburu? Musim hujan masih jauh.
Sumur-sumur kita pun penuh. Apakah ada bandang yang rindu
mandi di telaga matamu?

Ini hari kasih sayang, Sayang..
Kenapa ada tanah yang bergunduk di dua gua tempat rayuanku
sembunyi dan semadi? Suara kubur masih hening. Tebing-tebing
kita tiada patah. Apakah ada kerikil yang mabuk pasir di antara
padang keningmu?

Ini hari kasih sayang, Sayang..
Kenapa ada pelangi terbalik di dua kutub cakrawala menyerupa
langkahku yang henti dalam renung? Langit masih tinggi.
Awan-awan kita pun gemuk. Apakah ada warna hijau yang lupa
hadir antara biru dan kuning di merah bibirmu?

Aku nyanyikan lagu kita dari sederai gundah..
Dalam sebait rindu yang mustahil dibabat..


Ini hari kasih sayang, Sayang..
Dingin yang tepat untuk kita meramu sayang..
Berbintang-bintang sayang..



Jakarta, Februari 2008

Label:

Tentang Perempuan
"N E I S K A"

Perempuan itu ;

Semalam dia bersamaku, duduk bercakap
di kedai kopi depan rumah sakit
Kasut tipis, celana jeans pendek, cardigen kelabu,
syal belang hitam putih,

Dia cantik...

Sebotol vodka membuatnya meracau,
muntahkan unek-unek di dalam dadanya

Dia baik-baik saja, sepertinya...
Ibunya seorang pelacur, pergi
Ayahnya seribu lelaki yang tidur dengan ibunya,
kala itu...
Dia baik-baik saja, sampai saat ini...

Tapi dia sakit sejak di rahim ibunya...
Perempuan itu ;
Apa kabarmu...

15 Februari 2008

Label:

Perempuan dan Sebuah Kota
Perempuan itu
Sedang bergelut dengan hidupnya
Dalam dakapan kemiskinan
Seorang lelaki yang malang

Perempuan itu
Tidak pernah menyesal
Dengan sebuah pernikahan
Yang direstui oleh ayah bondanya

Kata dia dengan penuh jujur
Segalanya adalah jodoh
Bukan kerana takdir
Pada sebuah pernikahan

Perempuan itu
Sesekali terdengar racau rindunya
Pada kampung halaman
Pada seluruh kaum kerabat
Sewaktu mimpi indahnya
Hadir dalam kelesuan

Dan lelaki malang itu
Redha dengan kemiskinannya
Walau pun perjalanan masih jauh
Namun di dasar nalurinya
Tetap terhimpun segenggam azam
Akan berharga di mata khalayak.



Pos Malaysia

Label:

Setelah Tergadainya Peta Tercinta
Berdekad lamanya - kita meminta dan bertanya
dengan susila harga diri tentang sebuah cinta insan
mereka taburkan janji bagai beneh-beneh harapan
pada bumi kita yang tidak lagi segar subur berbaja

kata mereka ¡V nanti itu pasti ¡V mereka mengerti nasib kita
kata kita ¡V sabar itu kian jauh meninggalkan kita semua
di heret angin tengkujuh ¡V ditimbun dedaun yang luruh
namun tiada bezanya dulu dan kini nasib kita tak berubah

setelah sekian lama janji memperkosa minda warga kita
terasa tergugat perkasa perjuangan kita selama ini kita sua
sesekali dengus suara mencemuh ¡V mengeluh pada yang angkuh
pabila menatap ¡V meratap ¡V mengharap esok bakal kita tempuh

terbetik dihati kecil warga kita yang tak punya jerit hanuman
untuk memberagus muncung suara itu dari terus berpuisi janji
pabila suara itu berulangkali berkata dengan roh tanpa keikhlasan
jika pungguk setia menanti ¡V kenapa kita tak sudi mendengar janji

jika hari ini telah tergadainya peta tercinta
tak mungkin merubah nasib kita seperti sedia kala
jika segelintir kita masih bersikap tak kisah itu semua
ini bermakna kita tidak lagi mengangkat kemuliaan diri kita

katakanlah wahai orang-orang tercinta dengan penuh waras
kita tidak sanggup lagi mendengar janji mengharap budi
kerana perjuangan kita tidak mengharap segunung emas
kerana kita sedar perjalanan kita orak ini perlu ada destinasi

teman ¡V mari kita mengupas kulit diri dan rangka jiwa
melihat sejauh manakah kebenaran yang kita minta
sebanyak manakah kemahuan yang ada dalam diri kita
untuk kita menebus kembali kehidupan yang sempurna


Pos Malaysia
November 2004

Label:

Sajak Luka Dari Posmen Kepada Pak Menteri
Pak menteri yang baik hati
aku bukan nak mengungkit janji
tentang sumpah baktimu pada pertiwi
pilihlah aku jadi Perdana Menteri

ada mata kau lihatlah dengan penuh rahmat
ada mulut kau bercakaplah dengan penuh berkat
ada telinga kau dengarlah rintihan rakyat
ada kepala kau jenguklah dengan rasa hormat

semalam lelaki itu dimaki oleh seorang pelacur
katanya surat dikirim kepada ibunya masih tak sampai
semalam lelaki itu dikejar segerombolan anjing liar
katanya cina tua itu takut rumahnya diceroboh pencuri

hari ini lelaki itu datang lagi
dengan cinta ¡V rindu ¡V harapan dan pasti
menatap gadis molek di meja kaca
walau pun hujan melebat di luar sana

lelaki itu dahaga tatapan kasih Pak Menteri
menanti pertanyan yang berkurun lenyap
tentang sebuah perjuangan yang bergolak
dari saku yang kurang berisi rezeki

Pak Menteri ¡V janjimu mengalahkan bahasa pujangga
berbunga mekar tumbuh liar di taman-taman terbiar
berkata menurut sedap hati mendecap sesedap rasa
tanpa kau ambil kira roh-roh yang sedang menderita

dengarlah rintihan ku bagi pihak khalayak yang terpinggir
keluh perit rasa yang menghimpit antara malam dan dinihari
kerana apa yang kami tanya bukan meminta wang berjuta
sekadar untuk menyempurnakan sebuah kehidupan sementara


Kota kaca 2004

Label:

Siapa Awak ?
Siapa awak?
Yang mengirim puisi berlenggok sopan
Indah mengarang butir nya tenang
Berangkap² menyampaikan maksud
Mungkin tersalah mengirim pada gerangan
Agaknya awak tidak perasan..

Siapa awak agaknya?
Telah puas otak diperah
Mungkin saya kenal atau terlupa
Agaknya kita terlanggar bahu pabila bersua
Oh! Tidak ..awak warga seberang sana..

Siapa ye?
Pagi yang terang ini
terserempak lagi dengan puisi dari awak
lebih lagi saya jadi keliru..
untuk saya kah itu?
Mana mungkin silap mengirim lagi..

Siapa ye?
Telah saya layangkan soalan tanda
Mahu tahu siapa di sebelah sana
Namun jawapan tetap hampa..
Hanya puisi utusan awak sebagai balasan..
Tanda email saya telah dibaca..

Siape ye?
Usah lah bermain teka teki
Kesian lah pada saya yang mencari²
Terima kasih daun keladi atas puisi indah mu
Salam kejiranan dari ku..

Label:

Bak Kata Mu
Bak kata mu hari semalam
Telah pun sampai masa kita
Mencari yang hakiki di dunia
Bekalan untuk akhirat
Bagai penghapus dosa lampau
Yang tidak terhitung akan balasan
Dan hukuman dari Tuhan

Bak kata mu hari sudah
Mahu mencari yang sanggup menyayangi Dia
Untuk sentiasa berada di Nur kasih sayangNya
Bersama sepenuh jiwa raga mengadap Pencipta

Bak kata ku hari semalam
Kita telah lama sangat leka
Asyik dengan permainan dunia yang kian tua
Penuh kotoran yang tak mampu di hakis
Semakin rakus dan memanggil-manggil jiwa

Bak kata ku hari ini
Mohon sesama kita mengingati
Menegur demi memperbaiki
Terus meniup sinar islami
Agar semakin kukuh tujuan kaki

Bak kata kita
hari ini dan esok selagi nafas bernyawa..
'sampai.. sudah masa kita ..
Kita harus berhijrah dari situ
Dan jangan menoleh lagi...'

Berkati lah kami ya Allah..
Sambut lah huluran kami...
Amin..

Label:

Awan
Entah mengapa
Awan kelabu mencari aku
Mengekori di setiap penjuru
Bagai kan ingin aku bersama nya
Yang bergelapan tanpa pelita

Entah mengapa
Bagaikan tidak sanggup ditahan -tahan
Rintik demi rintik sesak berlumba mahu gugur
Seperti mahu mewar-war kan pada dunia
Empangan tabuh pecah dengan riwayatnya
Dan bendera putih telah berkibar lusuh
Kini hanya naik setengah tinggi besinya

Entah mengapa
Hari yang dipilih ini
Bukan sesuatu yang mustahil untuk di elak
Seringkali terus menghantui akal fikiran
langsung menjejaki hingga ke esokkan fajar yang berganti

mungkin kah nanti
kan bertukar awan yang lebih berkilauan
atau jernih dalaman
yang mampu mengerti aku
yang ikut bersama meminjamkan payung lindungan
seiring atau sekadar persinggahan
hingga aku jumpa payung yang lain²nya
atau mungkin..
tiada lagi payung yang mampu melindungi aku
dari awan kelabu itu..

Label:

Tentang Seseorang
"Penidur"

Apakah aku seorang penyair?
Yang setiap kata-katanya adalah
pedang yang menyayat nadi-nadimu,
yang setiap kata-katanya adalah
pelor jalang dari pistol Hitler,
atau ribuan anak panah yang melesat lepas
dari busur Arjuna, merajam jiwamu begitu dalam
Bukan..!! Aku hanya ingin sesederhana mungkin,
Aku Hanya seorang penidur yang menginginkan
de javu dari mimpiku,
yang ketika terbangun mendapatimu disini...

Jakarta, 10 Februari 2008

Label:

Petak Tujuh
Aku senang ada disini,
di sudut ruang petak tujuh,
di tengah misteri tujuh yang coba
membunuhku dengan sepi
Aku adalah orang-orang yang pergi,
katanya...
Bersahabat dengan kesendirian...
Sebentar ingin melupakan kau, kalian dan mereka,
atau apapun itu yang mengusik imajinasi
di otak kecilku
Menikmati aroma khas bunga bakoeng
dari ladang-ladang Atjeh
yang di bawa angin,
membuai jiwa yang sedari tadi tak tertidur,
lelah melakoni cerita-cerita
dari kitab peri-peri langit...

Anyer, 09 Februari 2008

Label:

Rindukah Aku ?
kelakar senja dalam bejana cinta
merangkak aku di tepian rindu
makin lama makin tinggi
kau mendekat aku takut
terlalu tinggi bukit terkasih
sungguh langit telah memerah kini
semakin dekatkah dirimu?
aku rindu padamu tapi aku takut bertemu
tapi apa yg aku takutkan?
cinta itu tetap sama
mungkinkah kita yang berubah?
diriku atau dirimu yang berubah?

Bukittinggi,11 Februari 2008

Label:

Senja
"Senja Anyer"

Ombak pulang, pecah menghantam karang,
bercerita pada pantai tentang samudera,
tentang riuh camar-camar laut
yang berebut ikan dengan nelayan
Aku berdiri di bawah senja Anyer usai gerimis,
menatap pelangi yang mencoreng jingganya
hingga jauh ke ujung cakrawala,
sendiri...

Anyer, 09 Februari 2008

Label:

Misteri
"Biar Menjadi Misteri"

Sedari tadi langit redup,
gerimis tak usai-usainya mengguyur tanah
hingga perjalanan sang surya
hampir mendekati batas peraduan
Benarkah musim telah berubah?
Aku masih ingin menikmatinya
bercumbu dengan kesendirian,
lalu meletakan lelahku
di bentang lengan senja

Ternyata gemericik gerimis
tak bisa membunuh sepiku
Ah, biarkan saja tetap seperti ini
Aku senang...
Ya, aku menikmatinya
Angin utara baru berhembus,
membawa bulir-bulir gerimis yang semakin deras
juga meninggalkan misteri
yang ternyata sanggup mengusik kesunyian

Benarkah musim telah benar-benar berubah?
Hingga hari-hari adalah kenangan padamu
yang penuh kisah-kisah;
Kisah penuh bunga dari matamu yang teduh,
juga misteri yang ditinggalkan angin utara
yang tak ingin terungkap...

Jakarta, 08 Februari 2008
(Untuk Bintang dari gugus ke enam)

Label:

Fajar Nila
Aku cuma ingin menjadi seperti angin
yang ada dimana saja dan pergi kemana saja,
aku cuma ingin bebas
sementara waktu tak bisa mengekang,
seperti fajar nila yang datang kala hari redup
dan senja jingga saat gerimis turun

Label:

Urat Malu
katakan padaku
siapa punya urat malu?

lupa sejarah dipalsu
susah nian hidupmu
terbenam busuk isu
derita pilu rakyatmu

muram saksi bisu
sunyi puisi beku
kusut tanpa rindu
busuk negerimu
nanah sejarahmu

katakan padaku
dimana belinya urat malu?


Amsterdam, 21/01/2008

Label:

Sajak Jam
jam itu penyanyi sepi
senandungkan lagu lagu ungu
memaksaku menangis
pada malam malam gerimis

jam itu seperti nabi
menyuruhku melepas semua baju
dan berhenti
bertanya ini itu

jam itu serupa ibu
yang pucat berkeringat
tetapi langkahnya selalu tegap
siap menegurku saban tergagap

jam itu menjelma pena
yang tintanya air samudra
ia menulis diriku di atas kertas putih
yang dapat kubaca kapan saja

jam itu serupa sebuah rumah
dengan tiang tiangnya
yang mudah goyah
oleh tiupan pelan sekalipun

jam itu bagai hantu
yang hidup di jantungku
kadang ia meradang:
"berhentilah menulis sajak tentangku!"

jam itu, jam itu
ia tumbuhkan apa apa di mataku
jam itu, jam itu
ia tunjukan jalan menuju kuburku

Wonosobo, Januari 2008

Label:

Peristiwa Warna Pudar
gelisah ruh dusun berteriak; pulang!
mendaki terjal puncak layar bahtera raja

setelah warna memudar
belum juga kita mengenal masing-masing diri
seluruh pintu terbuka, ruang menganga
benih dingin rapat tertanam
lelap lembu betina menyiang pianggang
sepanjang jalan
dentang ganto, mengayun rindu
sehamparan kusam tilam
ranjang besi tua

kemarau menjadi mimpi yang karib
jejatuhan diri berangkat dari muasal tahun
tahun purba
dan onggok julang pepohon akasia
tetap kugapai sejauh redup cahaya matahari
yang menangisi kematian muda bukit karang
di dada perempuan gembala

bulan terjengkang, datanglah
suara hujan mengurung purnama
ringkuk padat memeras tumpah peluh lelangit
ia benamkan raung sepilu saluang
menyayat tipis sisa-sisa perjamuan malam raya
di petak-petak kamar perantau
sebab kereta
lama sudah tak datang

2007

Label:

Lenguh
lenguh panjang serdadu
memecah maut
malam lalu berseru
semut-semut telungkup
mengadu tubuh

di hulu pekik yang melajang
kutakik janji perawan
si gadis manja
sebab cintaku
hanya berpaling pada kematian

butir-butir darah beku
menggenang seabad paralihan
gigil melesat ke pesawangan
dedaun teh berguguran

di lereng dingin perbukitan
pagi menenggak kopi
bunga desa telanjang mandi
dan kabut menggertak hati

hari terlampau begitu saja
tegar perjaka hanyut
terhempas di kerinduan batu

hirup kencang renungku
aroma lada serta asap tungku
beranjak ke masa lalu

kepenatan menantimu
hitunglah titik peluh
di tiap persimpangan patah
sebab tikam jejak hanyalah perih
tentang ruang
yang baru saja kau tinggalkan

2007

Label:

Sahabat
Apabila nafsu beraja
menutup pintu akal

Apabila nafsu berpaling
berkiblatkan mungkar

Apabila nafsu menghuni
Seluruh sepenuh hati

Kan terjadi lagi
apa yang telah terjadi

Kan berulang
Kisah lampau
Di kala..
Kite bagai anak kecil..
Yang giankan manisan
Yang terleka merasa sedapnya
dibuai dan lena indahnya
penangan ghairah dunia

Sejarah
Telah menjadi rotan
Meninggalkan parut
Luka hitam legam
Hodohnya!

Kita menginginkan..
Dan sesama jua bangkit
Tersedar dari cacatan silam
Mahukah kembali sasau
Pabile jalan yang di susuri
Semakin kelam
gelap gulita lagi?
Dan bebanan dosa
Menghimpit sekuatnya
Semakin berat di pikul..


Mampu kah kita sahabat?

Label:

Surat dari Jakarta
kemiskinan jadi alat untuk ngemis ke imf dan bank dunia
ironisnya, 40 milyar dollar dikuasai segelintir elit politik indonesia

harga minyak tanah naik ke puncak gunung kecewa
harga sembako makin genit selangit

hasil bumi indonesia punya siapa?
rakyat makin miskin sang pejabat superkaya
protes massa dibabat sampai ke akarnya

lalu kamu diam aja?
pura-pura gak tau apa yang terjadi di bawah?

berdoalah
agar tak terjadi revolusi
demikian bunyi surat dari jakarta


amsterdam, 02/01/2008

Label: