Jumat, 28 Maret 2008
Apa Kabar, Tuan Penyair ?
Apa kabar, tuan penyair? Ceritakanlah padaku tentang karyamu yang besar itu? Tentang kebesaran dan rasa hausmu akan puisi Tentang rambut ikalmu yang terurai Apa kabar, tuan penyair? Masih sudikah kau menyapaku jika kita berpapasan di jalan? Atau sekedar tersenyum bila berjumpa disebuah diskusi? Apakah aku terlalu kecil untukmu yang telah besar? Apa kabar, tuan penyair? Bukan kah kita masih sama-sama muda Dan kita berangkat bersama dari kata muda? Tapi bukan masalah muda atau tua Kita mungkin harus bicara soal mapan atau tidak Konsisten atau tidak konsisten? Apa kabar, tuan penyair? Aku membaca beberapa sajakmu di media Fasih kau bicara cinta, bicara tentang sosial, bicara tentang apa saja Sayang, tuan penyair kau lupa akan etika Bandung, 26 Maret 2008 Label: Evi SR |
Penjual Mimpi
datang ... datanglah padaku sayang ada banyak mimpimu disini ada banyak harapan dalam tidurmu disini ada banyak temanmu yang sudah bergabung kesempatan ini berlaku terbatas jumlah pengikut dibatasi waktu pendaftaran dibatasi jangan sampai kamu ketinggalan cepat ... cepatlah masuk ke barisan sebelum lonceng kematian berdentang ruang pencerahan untuk jiwa yang hilang ... Label: Din Lalijiwa |
Hilang Malam
usailah merah di hujung detik damba berpaculah dalam gerah kelam malam aku, aku h i l a n g... *19.02, Jul 27 '07 ~di kaki langit sepi... Label: Ucu Zu |
Menuju Dingin
Dalam helaan nafas lebih panjang kanak kanak berlarian memasuki relung kesadaran terseok mengeja papan nama di negeri sekian peri pengais mimpi kehilangan kepak, sapu terbang melata menghempaskan sekian perih serbuk mimpi berhamburan jelata di lantai kereta. Depok - Bogor, 20 Maret 2008 Label: Setiyo Bardono |
Dan malam Tinggal Tanda
dan malam tinggal tanda mengabadikan persetubuhan kita yang liar sempurna di sudut remang itu: sepasang puisi saling mengucap saling membaca jogjakarta, 2007 Label: Ridwan Munawar |
Mendung Rindu
aku ingin mengintaimu seusai mendung ini dari celahan langit biru... ah, aksara... betapa romantis ini begitu meruntun... mengalun a k n u i d r u... *7.36pm, Jul 20 '07 ~sebatas senja... Label: Ucu Zu |
Kusediakan Waktu Yang Panjang Untuk Sebuah Kata
kini tahulah aku tak usahlah membaca dengan tergesa pena tubuh sungguh perlu waktu demi menulis dirinya di atas bumi sebuah buku adalah dunia yang mesti diselami sampai lubuk tergelap lautnya daun terimbun dari rimbanya belahan langit paling terang dari setiap malam halaman demi halaman mengisyaratkan pengembaraan panjang, teramat panjang paragraf-paragraf memberikan rumah demi jiwa yang dahaga akan istirah setiap kalimat adalah urat nadi dari jantung bumi setiap saat, bumi menggemakan denyutnya sampai kata paling rahasia segalanya tak selesai di sini jangan percaya pada rumah; percayailah pengembaraan yang akan memberikan pintu-pintu baru untukmu siapa yang melukis itu siapa yang menuliskan kita hingga terbaca demikian seksama hingga tak ada lagi warna tak ada lagi kata tersisa di dasar tubuh di urat ruh? jogja, desember 2007 Label: Ridwan Munawar |
Salamku
: Yang Samar Berlembar kertas penuh cerita Daftar panjang katakata Bergelasgelas endapan kopi Bias lukisan sepi Berbotolbotol mabuk dan bisikbisik rindu Inilah aku Si Penipu Ulung Sby, 240208 Label: Gita Pratama |
Gemblong
Di jaman yang semakin gemblong aku tersedak mengeja lumuran manis kata yang menyelimuti sekepal kenyal rencana tertumbuk padat sajian menggoda selera kunyah di bibir merah basah. Ah, mana yang harus kulumat? Gerbong KRL Depok - Jakarta, 19 Maret 2008 Label: Setiyo Bardono |
Logika Matematika Cinta
Jika, 1 + 1= 2 Maka, 1 x 1= 2 1 : 1= 2 1 - 1= 2 Sby, 13 Maret '08 Label: Gita Pratama |
Balada Tukang Ojek
Dasa lebaran berlalu Di simpang jalan berliku Tukang ojek punya kuasa Ini wilayahku, pergi kau dari sisiku Angkot termangu, saling berbagi waktu Musim terus berganti, tak mampu dipatri Membuncah, merimbun memenuhi tujuan Angkot berpacu laju, dari pagi sampai pagi Tukang ojek berlari ke tepi, sepi menyendiri Berdasa lebaran berlalu Di simpang ruang dan waktu Sastrawan darat berbangga diri Didukung segenap kaum pengkritisi Ini wilayahku, sedikit kau yang bermutu Orang-orang milis menepi, mengatur strategi Komunitas berjajar rapi, sesekali bertemu diri Dasa lebaran yang akan datang Permadani milis terhampar luas Dari kamar ke kamar, dari ide ke ide Sastrawan darat dan kaum pengkritisi Pasti akan menepi, musim terus berganti Nasib tukang ojek di simpang jalan berliku Mestinya, jangan pernah terulang kembali Ayo mengenal milis teknologi, meski hanya dengan dua jari Rumpin, 12 Maret 08 Label: atekbintr |
Pengembara Sesat dan Rumah Tua
aku hidup pada halaman rumah yang pintunya tertutup kadang ia setengah membuka tapi aku selalu ragu jika kau masuk ke dalamnya padahal sungguh betapa ingin aku menjamu kalian sedang yang kupunya hanya sedikit kue dan jamuan betapa tak cukup untuk perut sendiri “nikmat tak akan habis jika dibagi” begitu kata seorang sufi siapa yang sudi membaca buku catatan setengah terbuka yang tergeletak di meja lapuk itu aku tak ingin lagi menuliskan sesuatu dengan airmata kecengengan dan sisa dendam, nyala dendam yang membuatku selalu padam patah jadi arang seperti juga dendam, dusta membuatku ingin berlari jauh demi mencari jawaban sederhana tolong, bawalah aku ke jalan yang sebenarnya sebab gang-gang sempit di depan rumah tak cukup lagi menampung langkah gelisah rumah akan membawa kita kemana? kemana kita akan membawa rumah? rumah hanya untuk diam sedang setiap gerak berada di jalan ah tidak, tanpa rumah yang berdiri dalam ingatan aku takkan sanggup bertahan di jalanan tapi, bagaimana kau bisa bertahan di jalan ramai sedang di gang sempit ini setiap rambu tak kau tau atau ciptakanlah jalan di dalam rumah dan sebuah jendela untuk menekuri orang-orang yang lewat tanpa perlu kau ingat memang aku selalu berjalan di dua arah tapi sejak kapan aku terbelah menjadi dua? yang satu tak henti bersiap di halaman depan dan satunya lagi tak kunjung bosan bermain di kebun gelap halaman belakang tapi jalan dalam rumah selalu membuatku tersesat ke tempat sampah di sudut dapur. dapur itu, ibu, betapa rentan ia terbakar sebab aku yang pandir tak pintar menjaga tungku api. bila suatu saat dapur terbakar aku akan cepat-cepat berlari ke kamar mandi dan akan selalu kuingat sebuah pepatah berharga dari masa kanak-kanak: “hidup adalah petualangan yang panjang” Jakarta, 11 Maret 2008 Label: Ridwan Munawar |
Once Upon A Time
I hate you enough to walk away and never turn back when time goes by without you along the fading way crystallize the one-path along my eyes and cheek as you go away.. I hate you enough to see the storm behind you already tear me up and make me believe that my heart is not always come along with my mind nor my one-body as you go away.. I hate you enough to wait a day after the day that I blessed for bringing you back right into my eyes through my one-dimension with the storm behind you following as you go away.. I.. We.. A lot.. Indeed.. And only.. That much.. Only that much.. Without you inside.. ...................... ................ ......... ... I hate you enough to understand one-moment that we had once upon a time.. Label: Mawar Rambat |
Pun, Aku
Pun aku.. Cinta itu benih sebibit, timang ku timang di ladang hati.. Antara terik ingin dan hujan cemburu, dua-musim berganti Berayun-ayun dalam buaian angin, menuju yang tinggi.. Buah yang akan ku petik, ku nanti.. Pun aku.. Lekat dalam harap, mengundi dadu.. Mengira-ngira nanti guris senyummu.. Bagai kelopak padma mekar di tanganku.. Pun aku.. Padamu meradang.. Cinta.. Label: Mawar Rambat |
Tersesat
Kemana pulang dituju Jika rumah rumah tak lagi berpintu Kemana layar bersandar Jika dermaga sibuk menghitung ombak Kemana berkeluh luka Jika nanah mengkristal di lingkar mata Kemana bermanja sepi Jika segala ruang sibuk beropini 4 Maret 2008 Label: Gita Pratama |
Aku Terlupa
Kosong Sekeliling Hening menyoroti ruang.. Tiada pintu Tiada bukaan tingkap Yang boleh dipanjat Untuk masuk ke situ Aku lupa Mencari jalan ke sana Kerna pikiran ku buntu Hingga tidak mengenal rupa pintu Aku terlupa Meraba tetingkap mu Kerna telah lama tidak ke situ Untuk mengapai senyum mu Aku terlupa Hingga perlukan Tangan lain untuk memimpin .. Mengiringi aku masuk melalui pintu Aku terlupa Hinggakan jalan meraba Asalkan tidak melanggar Sangka ku selamat sahaja Namun.. Akhirnya.. Aku terlupa.. Sehingga jauh tersasar pergi Kemana - mana.. Aku terlupa.. Takkan kau jua terlupa.. Masakan lupa kita di waktu yang sama Huh.. Mungkin kau suka aku meraba begitu.. :P Aku hanya terlupa tp Aku belum nyanyok lagi! Label: Oney |
Anak Senja
Kelakar anak senja dalam danau kelam matanya menembus cakrawala Dia berlari seirama angin terkembang kedua tangannya laksana anak burung menggapai mega jangan takut anak senja karena aku akan memberimu langit yang luas untuk kau menari,bermain dan bersuka ria kelak jika kau letih lihatlah kebawah disana ada setangkai ranting untukmu melepas lelah melihat dunia nan fana,dilangit yang luas itu tidak memiliki petunjuk arah maka kuatkanlah hatimu wahai anak senja jika lumpuh terpa dirimu dan langit tidak lagi bersahaja maka ingatlah Bumi adalah tempat istirahat yang tepat bagimu wahai..anak senja Bukittinggi,14 Februari 2008 Label: MERI RAHMAN |
Memori Berduri
sejarah itu kenangan sebatas cahya harapan dibakar api perdebatan kusut ribut merasai tajam duri liar sangar dosa dibalik pahala diasingkan mimpi semua jadi bisu puisi pun membatu sihir sebaris syair irama hati terluka badai salju merayu musim hujan makian jiwa telanjang pilu lusa kau mabuk rindu amsterdam, 22/02/2008 Label: Heri Latief |
Memori Berduri
sejarah itu kenangan sebatas cahya harapan dibakar api perdebatan kusut ribut merasai tajam duri liar sangar dosa dibalik pahala diasingkan mimpi semua jadi bisu puisi pun membatu sihir sebaris syair irama hati terluka badai salju merayu musim hujan makian jiwa telanjang pilu lusa kau mabuk rindu amsterdam, 22/02/2008 Label: Heri Latief |
Rayuanku
Ini hari kasih sayang, Sayang.. Kenapa ada mendung bergayut di dua gemawan yang selalu merajukku lembut saat cemburu? Musim hujan masih jauh. Sumur-sumur kita pun penuh. Apakah ada bandang yang rindu mandi di telaga matamu? Ini hari kasih sayang, Sayang.. Kenapa ada tanah yang bergunduk di dua gua tempat rayuanku sembunyi dan semadi? Suara kubur masih hening. Tebing-tebing kita tiada patah. Apakah ada kerikil yang mabuk pasir di antara padang keningmu? Ini hari kasih sayang, Sayang.. Kenapa ada pelangi terbalik di dua kutub cakrawala menyerupa langkahku yang henti dalam renung? Langit masih tinggi. Awan-awan kita pun gemuk. Apakah ada warna hijau yang lupa hadir antara biru dan kuning di merah bibirmu? Aku nyanyikan lagu kita dari sederai gundah.. Dalam sebait rindu yang mustahil dibabat.. Ini hari kasih sayang, Sayang.. Dingin yang tepat untuk kita meramu sayang.. Berbintang-bintang sayang.. Jakarta, Februari 2008 Label: Mawar Rambat |
Tentang Perempuan
"N E I S K A" Perempuan itu ; Semalam dia bersamaku, duduk bercakap di kedai kopi depan rumah sakit Kasut tipis, celana jeans pendek, cardigen kelabu, syal belang hitam putih, Dia cantik... Sebotol vodka membuatnya meracau, muntahkan unek-unek di dalam dadanya Dia baik-baik saja, sepertinya... Ibunya seorang pelacur, pergi Ayahnya seribu lelaki yang tidur dengan ibunya, kala itu... Dia baik-baik saja, sampai saat ini... Tapi dia sakit sejak di rahim ibunya... Perempuan itu ; Apa kabarmu... 15 Februari 2008 Label: Dwi Rastafara |
Perempuan dan Sebuah Kota
Perempuan itu Sedang bergelut dengan hidupnya Dalam dakapan kemiskinan Seorang lelaki yang malang Perempuan itu Tidak pernah menyesal Dengan sebuah pernikahan Yang direstui oleh ayah bondanya Kata dia dengan penuh jujur Segalanya adalah jodoh Bukan kerana takdir Pada sebuah pernikahan Perempuan itu Sesekali terdengar racau rindunya Pada kampung halaman Pada seluruh kaum kerabat Sewaktu mimpi indahnya Hadir dalam kelesuan Dan lelaki malang itu Redha dengan kemiskinannya Walau pun perjalanan masih jauh Namun di dasar nalurinya Tetap terhimpun segenggam azam Akan berharga di mata khalayak. Pos Malaysia Label: Marjan S |
Setelah Tergadainya Peta Tercinta
Berdekad lamanya - kita meminta dan bertanya dengan susila harga diri tentang sebuah cinta insan mereka taburkan janji bagai beneh-beneh harapan pada bumi kita yang tidak lagi segar subur berbaja kata mereka ¡V nanti itu pasti ¡V mereka mengerti nasib kita kata kita ¡V sabar itu kian jauh meninggalkan kita semua di heret angin tengkujuh ¡V ditimbun dedaun yang luruh namun tiada bezanya dulu dan kini nasib kita tak berubah setelah sekian lama janji memperkosa minda warga kita terasa tergugat perkasa perjuangan kita selama ini kita sua sesekali dengus suara mencemuh ¡V mengeluh pada yang angkuh pabila menatap ¡V meratap ¡V mengharap esok bakal kita tempuh terbetik dihati kecil warga kita yang tak punya jerit hanuman untuk memberagus muncung suara itu dari terus berpuisi janji pabila suara itu berulangkali berkata dengan roh tanpa keikhlasan jika pungguk setia menanti ¡V kenapa kita tak sudi mendengar janji jika hari ini telah tergadainya peta tercinta tak mungkin merubah nasib kita seperti sedia kala jika segelintir kita masih bersikap tak kisah itu semua ini bermakna kita tidak lagi mengangkat kemuliaan diri kita katakanlah wahai orang-orang tercinta dengan penuh waras kita tidak sanggup lagi mendengar janji mengharap budi kerana perjuangan kita tidak mengharap segunung emas kerana kita sedar perjalanan kita orak ini perlu ada destinasi teman ¡V mari kita mengupas kulit diri dan rangka jiwa melihat sejauh manakah kebenaran yang kita minta sebanyak manakah kemahuan yang ada dalam diri kita untuk kita menebus kembali kehidupan yang sempurna Pos Malaysia November 2004 Label: Marjan S |
Sajak Luka Dari Posmen Kepada Pak Menteri
Pak menteri yang baik hati aku bukan nak mengungkit janji tentang sumpah baktimu pada pertiwi pilihlah aku jadi Perdana Menteri ada mata kau lihatlah dengan penuh rahmat ada mulut kau bercakaplah dengan penuh berkat ada telinga kau dengarlah rintihan rakyat ada kepala kau jenguklah dengan rasa hormat semalam lelaki itu dimaki oleh seorang pelacur katanya surat dikirim kepada ibunya masih tak sampai semalam lelaki itu dikejar segerombolan anjing liar katanya cina tua itu takut rumahnya diceroboh pencuri hari ini lelaki itu datang lagi dengan cinta ¡V rindu ¡V harapan dan pasti menatap gadis molek di meja kaca walau pun hujan melebat di luar sana lelaki itu dahaga tatapan kasih Pak Menteri menanti pertanyan yang berkurun lenyap tentang sebuah perjuangan yang bergolak dari saku yang kurang berisi rezeki Pak Menteri ¡V janjimu mengalahkan bahasa pujangga berbunga mekar tumbuh liar di taman-taman terbiar berkata menurut sedap hati mendecap sesedap rasa tanpa kau ambil kira roh-roh yang sedang menderita dengarlah rintihan ku bagi pihak khalayak yang terpinggir keluh perit rasa yang menghimpit antara malam dan dinihari kerana apa yang kami tanya bukan meminta wang berjuta sekadar untuk menyempurnakan sebuah kehidupan sementara Kota kaca 2004 Label: Marjan S |
Siapa Awak ?
Siapa awak? Yang mengirim puisi berlenggok sopan Indah mengarang butir nya tenang Berangkap² menyampaikan maksud Mungkin tersalah mengirim pada gerangan Agaknya awak tidak perasan.. Siapa awak agaknya? Telah puas otak diperah Mungkin saya kenal atau terlupa Agaknya kita terlanggar bahu pabila bersua Oh! Tidak ..awak warga seberang sana.. Siapa ye? Pagi yang terang ini terserempak lagi dengan puisi dari awak lebih lagi saya jadi keliru.. untuk saya kah itu? Mana mungkin silap mengirim lagi.. Siapa ye? Telah saya layangkan soalan tanda Mahu tahu siapa di sebelah sana Namun jawapan tetap hampa.. Hanya puisi utusan awak sebagai balasan.. Tanda email saya telah dibaca.. Siape ye? Usah lah bermain teka teki Kesian lah pada saya yang mencari² Terima kasih daun keladi atas puisi indah mu Salam kejiranan dari ku.. Label: ~øNEUR¥~ |
Bak Kata Mu
Bak kata mu hari semalam Telah pun sampai masa kita Mencari yang hakiki di dunia Bekalan untuk akhirat Bagai penghapus dosa lampau Yang tidak terhitung akan balasan Dan hukuman dari Tuhan Bak kata mu hari sudah Mahu mencari yang sanggup menyayangi Dia Untuk sentiasa berada di Nur kasih sayangNya Bersama sepenuh jiwa raga mengadap Pencipta Bak kata ku hari semalam Kita telah lama sangat leka Asyik dengan permainan dunia yang kian tua Penuh kotoran yang tak mampu di hakis Semakin rakus dan memanggil-manggil jiwa Bak kata ku hari ini Mohon sesama kita mengingati Menegur demi memperbaiki Terus meniup sinar islami Agar semakin kukuh tujuan kaki Bak kata kita hari ini dan esok selagi nafas bernyawa.. 'sampai.. sudah masa kita .. Kita harus berhijrah dari situ Dan jangan menoleh lagi...' Berkati lah kami ya Allah.. Sambut lah huluran kami... Amin.. Label: Oney |
Awan
Entah mengapa Awan kelabu mencari aku Mengekori di setiap penjuru Bagai kan ingin aku bersama nya Yang bergelapan tanpa pelita Entah mengapa Bagaikan tidak sanggup ditahan -tahan Rintik demi rintik sesak berlumba mahu gugur Seperti mahu mewar-war kan pada dunia Empangan tabuh pecah dengan riwayatnya Dan bendera putih telah berkibar lusuh Kini hanya naik setengah tinggi besinya Entah mengapa Hari yang dipilih ini Bukan sesuatu yang mustahil untuk di elak Seringkali terus menghantui akal fikiran langsung menjejaki hingga ke esokkan fajar yang berganti mungkin kah nanti kan bertukar awan yang lebih berkilauan atau jernih dalaman yang mampu mengerti aku yang ikut bersama meminjamkan payung lindungan seiring atau sekadar persinggahan hingga aku jumpa payung yang lain²nya atau mungkin.. tiada lagi payung yang mampu melindungi aku dari awan kelabu itu.. Label: Oney |
Tentang Seseorang
"Penidur" Apakah aku seorang penyair? Yang setiap kata-katanya adalah pedang yang menyayat nadi-nadimu, yang setiap kata-katanya adalah pelor jalang dari pistol Hitler, atau ribuan anak panah yang melesat lepas dari busur Arjuna, merajam jiwamu begitu dalam Bukan..!! Aku hanya ingin sesederhana mungkin, Aku Hanya seorang penidur yang menginginkan de javu dari mimpiku, yang ketika terbangun mendapatimu disini... Jakarta, 10 Februari 2008 Label: Dwi Rastafara |
Petak Tujuh
Aku senang ada disini, di sudut ruang petak tujuh, di tengah misteri tujuh yang coba membunuhku dengan sepi Aku adalah orang-orang yang pergi, katanya... Bersahabat dengan kesendirian... Sebentar ingin melupakan kau, kalian dan mereka, atau apapun itu yang mengusik imajinasi di otak kecilku Menikmati aroma khas bunga bakoeng dari ladang-ladang Atjeh yang di bawa angin, membuai jiwa yang sedari tadi tak tertidur, lelah melakoni cerita-cerita dari kitab peri-peri langit... Anyer, 09 Februari 2008 Label: Dwi Rastafara |
Rindukah Aku ?
kelakar senja dalam bejana cinta merangkak aku di tepian rindu makin lama makin tinggi kau mendekat aku takut terlalu tinggi bukit terkasih sungguh langit telah memerah kini semakin dekatkah dirimu? aku rindu padamu tapi aku takut bertemu tapi apa yg aku takutkan? cinta itu tetap sama mungkinkah kita yang berubah? diriku atau dirimu yang berubah? Bukittinggi,11 Februari 2008 Label: MERI RAHMAN |
Senja
"Senja Anyer" Ombak pulang, pecah menghantam karang, bercerita pada pantai tentang samudera, tentang riuh camar-camar laut yang berebut ikan dengan nelayan Aku berdiri di bawah senja Anyer usai gerimis, menatap pelangi yang mencoreng jingganya hingga jauh ke ujung cakrawala, sendiri... Anyer, 09 Februari 2008 Label: Dwi Rastafara |
Misteri
"Biar Menjadi Misteri" Sedari tadi langit redup, gerimis tak usai-usainya mengguyur tanah hingga perjalanan sang surya hampir mendekati batas peraduan Benarkah musim telah berubah? Aku masih ingin menikmatinya bercumbu dengan kesendirian, lalu meletakan lelahku di bentang lengan senja Ternyata gemericik gerimis tak bisa membunuh sepiku Ah, biarkan saja tetap seperti ini Aku senang... Ya, aku menikmatinya Angin utara baru berhembus, membawa bulir-bulir gerimis yang semakin deras juga meninggalkan misteri yang ternyata sanggup mengusik kesunyian Benarkah musim telah benar-benar berubah? Hingga hari-hari adalah kenangan padamu yang penuh kisah-kisah; Kisah penuh bunga dari matamu yang teduh, juga misteri yang ditinggalkan angin utara yang tak ingin terungkap... Jakarta, 08 Februari 2008 (Untuk Bintang dari gugus ke enam) Label: Dwi Rastafara |
Fajar Nila
Aku cuma ingin menjadi seperti angin yang ada dimana saja dan pergi kemana saja, aku cuma ingin bebas sementara waktu tak bisa mengekang, seperti fajar nila yang datang kala hari redup dan senja jingga saat gerimis turun Label: Dwi Rastafara |
Urat Malu
katakan padaku siapa punya urat malu? lupa sejarah dipalsu susah nian hidupmu terbenam busuk isu derita pilu rakyatmu muram saksi bisu sunyi puisi beku kusut tanpa rindu busuk negerimu nanah sejarahmu katakan padaku dimana belinya urat malu? Amsterdam, 21/01/2008 Label: Heri Latief |
Sajak Jam
jam itu penyanyi sepi senandungkan lagu lagu ungu memaksaku menangis pada malam malam gerimis jam itu seperti nabi menyuruhku melepas semua baju dan berhenti bertanya ini itu jam itu serupa ibu yang pucat berkeringat tetapi langkahnya selalu tegap siap menegurku saban tergagap jam itu menjelma pena yang tintanya air samudra ia menulis diriku di atas kertas putih yang dapat kubaca kapan saja jam itu serupa sebuah rumah dengan tiang tiangnya yang mudah goyah oleh tiupan pelan sekalipun jam itu bagai hantu yang hidup di jantungku kadang ia meradang: "berhentilah menulis sajak tentangku!" jam itu, jam itu ia tumbuhkan apa apa di mataku jam itu, jam itu ia tunjukan jalan menuju kuburku Wonosobo, Januari 2008 Label: Jusuf AN |
Peristiwa Warna Pudar
gelisah ruh dusun berteriak; pulang! mendaki terjal puncak layar bahtera raja setelah warna memudar belum juga kita mengenal masing-masing diri seluruh pintu terbuka, ruang menganga benih dingin rapat tertanam lelap lembu betina menyiang pianggang sepanjang jalan dentang ganto, mengayun rindu sehamparan kusam tilam ranjang besi tua kemarau menjadi mimpi yang karib jejatuhan diri berangkat dari muasal tahun tahun purba dan onggok julang pepohon akasia tetap kugapai sejauh redup cahaya matahari yang menangisi kematian muda bukit karang di dada perempuan gembala bulan terjengkang, datanglah suara hujan mengurung purnama ringkuk padat memeras tumpah peluh lelangit ia benamkan raung sepilu saluang menyayat tipis sisa-sisa perjamuan malam raya di petak-petak kamar perantau sebab kereta lama sudah tak datang 2007 Label: Azan |
Lenguh
lenguh panjang serdadu memecah maut malam lalu berseru semut-semut telungkup mengadu tubuh di hulu pekik yang melajang kutakik janji perawan si gadis manja sebab cintaku hanya berpaling pada kematian butir-butir darah beku menggenang seabad paralihan gigil melesat ke pesawangan dedaun teh berguguran di lereng dingin perbukitan pagi menenggak kopi bunga desa telanjang mandi dan kabut menggertak hati hari terlampau begitu saja tegar perjaka hanyut terhempas di kerinduan batu hirup kencang renungku aroma lada serta asap tungku beranjak ke masa lalu kepenatan menantimu hitunglah titik peluh di tiap persimpangan patah sebab tikam jejak hanyalah perih tentang ruang yang baru saja kau tinggalkan 2007 Label: Azan |
Sahabat
Apabila nafsu beraja menutup pintu akal Apabila nafsu berpaling berkiblatkan mungkar Apabila nafsu menghuni Seluruh sepenuh hati Kan terjadi lagi apa yang telah terjadi Kan berulang Kisah lampau Di kala.. Kite bagai anak kecil.. Yang giankan manisan Yang terleka merasa sedapnya dibuai dan lena indahnya penangan ghairah dunia Sejarah Telah menjadi rotan Meninggalkan parut Luka hitam legam Hodohnya! Kita menginginkan.. Dan sesama jua bangkit Tersedar dari cacatan silam Mahukah kembali sasau Pabile jalan yang di susuri Semakin kelam gelap gulita lagi? Dan bebanan dosa Menghimpit sekuatnya Semakin berat di pikul.. Mampu kah kita sahabat? Label: ~øNEUR¥~ |
Surat dari Jakarta
kemiskinan jadi alat untuk ngemis ke imf dan bank dunia ironisnya, 40 milyar dollar dikuasai segelintir elit politik indonesia harga minyak tanah naik ke puncak gunung kecewa harga sembako makin genit selangit hasil bumi indonesia punya siapa? rakyat makin miskin sang pejabat superkaya protes massa dibabat sampai ke akarnya lalu kamu diam aja? pura-pura gak tau apa yang terjadi di bawah? berdoalah agar tak terjadi revolusi demikian bunyi surat dari jakarta amsterdam, 02/01/2008 Label: Heri Latief |